Salah satu drama Korea yang paling sukses tahun lalu, “Extraordinary Attorney Woo,” mengikuti kisah seorang wanita muda autis, Woo Young-woo, yang mengarungi masa dewasa sambil memenangkan kasus di salah satu firma hukum terkemuka di negara ini. Sudah diperpanjang untuk musim kedua, serial ini menjadi serial televisi non-Inggris keenam yang paling banyak ditonton di Netflix dan baru-baru ini dinominasikan untuk Critics’ Choice Award 2023.
Drama ini sehat, segar dan merupakan contoh terbaru tentang seberapa jauh drama Korea telah berkembang dalam penggambaran wanita.
Menurut angka yang dirilis oleh stasiun televisi nasional Korea Selatan, KBS, lebih dari 53% pemeran utama dalam drama jaringan tersebut adalah wanita pada tahun 2021, sedikit meningkat dari rata-rata lima tahun sebelumnya, yaitu 49,8%. Di jaringan televisi lain di negara tersebut, angkanya sekitar 40% antara tahun 2017 dan 2020.
“Jumlah protagonis wanita di televisi Korea telah menjadi sangat tinggi,” kata Jacklen Kim, manajer pemasaran di ENA, saluran yang awalnya menayangkan “Extraordinary Attorney Woo,” dalam sebuah wawancara telepon.
Tidak hanya lebih terlihat, wanita juga semakin digambarkan dalam posisi kekuasaan, tambah Kim. Kiasan gender yang pernah mendominasi genre ini perlahan-lahan mulai ditinggalkan. Pada tahun 2022 saja, karakter wanita ditulis dalam berbagai peran termasuk ratu yang bijaksana (“Under the Queen’s Umbrella”) dan jurnalis yang ulet (“Little Women”).
Selain itu, “Our Blues” menampilkan sejumlah protagonis wanita yang kuat, termasuk seorang wanita kepala nelayan yang kaya raya dan beberapa “haenyeo,” penyelam bebas wanita yang lebih tua yang memanen moluska dan kehidupan laut lainnya di provinsi Jeju. Karakter lain dalam acara ini adalah seorang siswi SMA yang sedang hamil dan berprestasi, yang menentang perintah ayahnya dengan menjaga bayinya dan memutuskan untuk kuliah sementara dia dan pacarnya mengurus anak mereka – sebuah alur cerita yang tidak terpikirkan beberapa tahun yang lalu.
Namun, dalam kehidupan nyata, wanita Korea Selatan menghadapi hambatan yang signifikan terhadap kesetaraan, dan telah melaporkan masalah pelecehan seksual, stereotip gender yang sudah ketinggalan zaman, dan bentuk diskriminasi lainnya di tempat kerja yang didominasi oleh pria. Negara ini berada di peringkat ke-99 dari 146 negara dalam Indeks Kesenjangan Gender Global 2022 dari Forum Ekonomi Dunia. Berdasarkan data OECD menemukan bahwa perempuan Korea Selatan mendapatkan rata-rata 31,1% lebih rendah daripada laki-laki (kesenjangan upah gender terburuk di antara negara-negara OECD). Sementara itu, feminisme tetap menjadi topik yang sangat memecah belah.